Sejak Socrates dan Plato, kita biasa menyebut bahwa berpikir adalah mengikat diri dengan dialog sepi antara "aku dan diriku".
Ketika terjadi penolakan diri, orang terkadang menyerahkan dengan sungguh-sungguh satu-satunya kualitas untuk disebut MANUSIA; yaitu kemampuan untuk berpikir.
Dan itu bisa menciptakan kejahatan berpikir. Karena kejahatan terbesar yang ada di dunia ini adalah kejahatan yang diakui oleh seseorang yang tidak penting, kejahatan yang diakui oleh orang tanpa niatan, tanpa keyakinan, tanpa kejahatan hati/keinginan jahat oleh orang yang menolak menjadi MANUSIA adalah kedangkalan kejahatan berpikir.
Dan konsekuensinya, kita tidak mampu membuat penilaian moral. Ketidakmampuan berpikir menciptakan kemungkinan yang dimiliki oleh banyak orang untuk mengakui tindakan kejahatan dalam skala besar yang tidak pernah disaksikan siapapun.
Karena penjelmaan dari sebuah tiupan pemikiran bukanlah pengetahuan, tapi kekuatan, keberanian untuk mengatakan yang benar dari sesuatu hal yang salah. Menunjukkan kecantikan dari sesuatu hal yang jelek.
Berpikir memberikan orang kekuatan untuk menghindari bencana di masa-masa kritis. Karena kesalahan terbesar adalah, kejahatan berpikir tidak bisa menjadi banal/dangkal dan radikal pada saat bersamaan. Kejahatan berpikir bisa menjadi ekstrim, tapi tidak bisa menjadi radikal. Karena hanya kebaikan, kejernihan berpikir yang bisa dalam dan radikal.
Sumber;
Catatan-catatan kecil dari
- buku Hanna Arendt; Between past and future (1968)
- film Hanna Arendt (2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar