Apa yang kalian harapkan ketika memasuki duniaku ?
Apakah kalian berharap akan disambut dengan lemah lembut, dihargai dengan sopan santun?
Hentikan saja imajinasi kalian
Aku pengajar kebenaran dengan suara tajam yang tidak akan kalian sukai
Aku berusaha menghentikan pembodohan dengan menjadi tidak munafik saat bicara
Aku menunjukkan jalan dengan cara kasar
Karena kalian terlalu malas untuk membaca ajaran kebenaran dengan cara yang benar
Otak kalian dipenuhi delusi, pembantahan demi pembantahan atas nama ego dan nafsu
Kalian tidak ingin membaca
Hanya ingin menunjukkan rasa superior atas orang lain
Lalu ketika aku melawan kebodohan kalian dengan kata kasar
Kalian memainkan peran sebagai korban yang malang dari kebenaran yang aku tunjukkan
Ucapanku kalian anggap terlalu kasar, sombong, tidak punya sopan santun
Apa yang kalian harapkan dari duniaku?
Belajar membaca, berdiskusi dengan benar, bertanya disaat yang tepat
Atau diamlah jika kalian tidak mampu membuat pernyataan yang benar
Karena aku akan menuntut pertanggungjawaban dari setiap pernyataan yang kalian keluarkan hingga kalian merasa ditelanjangi
Karena duniaku adalah ladang pembantaian untuk orang-orang yang melakukan sesat pikiran dan kebodohan.
Rabu, 21 November 2018
APA YANG KALIAN HARAPKAN
PICASSO DAN GARIS ABSTRAK
Dalam seni baru abad 20, Picasso adalah figur penting. Dia adalah satu-satunya pelukis yang telah mencapai sosok seniman Renaissance dalam kebesaran dan dimensi adimanusia pencapaiannya. Picasso telah membuat jejak pada Abad 20, nomor dua setelah Cezanne. Dia adalah rangkuman berbagai materi dan isi dari pencarian modern.
Mari kita pertama menganalisis "Woman with a Mandolin" untuk mengobservasi bagaimana seniman serba bisa ini mereduksi bentuk-bentuk alamiah menjadi garis-garis kaligrafi dan bidang-bidang datar untuk menyimbolkan bentuk dan ruang. Contohnya, lengan kanan dan kursi dikombinasikan ke dalam satu bidang bagi sebuah pola ruang, dan lengan atas dan bawah ditandai dengan garis kaligrafi yang ringkas. Kecuali kesederhanaannya yang nyata, betapa prigelnya lengan bagian bawah tampak memendek, dengan cukup kokoh menopang mandolin. Betapa langsungnya garis lengan yang lain juga mengesankan anatomi dan bobot, namun pada saat yang sama melengkung indah seakan sebuah ritem melawan kerigidan mekanikal instrumen tersebut.
Kini, perhatikan garis-garis syal yang terabstrakkan dalam bidang-bidang, tertentun juntai dan kontras dengan kekakuan dari syal di bahu lainnya.Dan akhirnya, perhatikan versi klasik
kepalanya, yang juga terabstraksikan menjadi pola datar, dengan garis-garis dari fitur yang mengingatkan gaya Yunani.
Sepanjang gambar termanifestasi sepilihan dan kontrol bentuk-bentuk esensial yang teratakan ke dalam sebuah desain garis-garis struktural dan harmoni warna yang mencerminkan sebuah studi mendalam, sampai mereka sangat hidup.
Garis selektif-cermat Picasso bergema dengan gesture signifikan. Kesederhanannya memperdaya, karena ia bukan hanya bergerak sepanjang bidang dan rancangan, tetapi juga mengekspresikan signifikansi emotif bentuk, motivasi emosionalnya. Di sini, humanisme mendalam sang seniman muncul, karena garis-garisnya meluapkan makna batiniah.
Dalam "Mandolin and Guitar, Juan-Les Pins", dilukis tahun 1924, satu tahun sebelum lukisan yang kita diskusikan di depan, kita sampai pada manifestasi keahlian Picasso lainnya. Kendati perbedaan besar dalam gaya-gaya utamanya, ada keseimbangan klasik yang sama. Mengenai perbedaan gaya-gaya Picasso, bisa dikatakan merupakan ekspresi beragam dari jiwa petualang yang berusaha memecahkan persoalan yang menjadi pemikiran kontemporer. Dengan caranya sendiri, ia menemukan solusi dan membangun rumah modern yang layak. Seninya karena itu merangkum ketakjuban dan keindahan pengalaman hidup khas Abad 20.
Sangat sulit mengisolasi suatu elemen apapun dalam sebuah gambar seperti "Mandolin and Guitar", katakanlah garisnya, dari elemen-elemen lainnya, karena mereka terajut utuh. Namun sebagaimana orang mungkin memilih satu tema dari sebuah fuga Bach dan menyukainya, kita akan mengambil garis, dan mencoba menguraikannya dari seluk-beluk komposisi.
Garis-garis dalam gambar ini menampilkan tujuan beragama. Pertama, mereka menentukan penempatan dalam ruang. Catat, ruanglah dan bukan obyek yang menarik sang seniman. Karena itu ia melihat melalui obyek-obyek--seakan sebuah transparansi--untuk pengambilan spasialnya.Ia menggunakan garis kaligrafis untuk menentukan ruang yang ditempati obyek-obyek, dengan bayaran aspek solidnya. Ia berpikir mengenai gambarnya sebagai entitas ruang tunggal, yang ruang-ruang antara obyek-obyek adalah bentuk-bentuk, sebagaimana obyek-obyek itu sendiri. Ia meringkas seluruh are obyek-obyek menjadi sebuah garis atau bidang dan mengintervensi ruang-ruang; semua itu ia polakan ke dalam sebuah desain di atas permukaan gambar.
Garis-garis itu kemudian membentuk ruang gambar. Mereka juga memola bentuk-bentuk dan tekstur-tekstur sebagaimana mereka bergerak dalam berbagai ketebalan, lurus maupun melengkung, hitam maupun putih, yang terkadang divariasikan dengan titik-titik dan bercak-bercak. Garis-garis itu membentuk variasi-variasi geometris bujur sangkar, persegi panjang, oval, lingkaran dalam sebuah simfoni yang dikomposisikan secara harmonis sehingga pergerakan mata penglihat sepanjang bidang gambar tersedot oleh kekayaan dan penemuan dalam karya bermutu tinggi setiap aspeknya ini.
Tenunan magis garis menjadi bidang, bidang menjadi ruang, ini mengambil bentuk dan bangun yang menyimbolkan berbagai pikiran maju di masa Picasso. Ia adalah kaligrafi yang menempatkan sebuah pandangan hidup yang non theologis (Abad Pertangahan) maupun materialistik (Abad 19) dalam bahasa ekspresif seni.
Seni baru ini, seni dinamis ini di satu sisi parallel dengan premis-premis relativistik Einsteinian, dan di sisi lain menyiratkan sebuah ekspoisi metafisis, yang bukan hanya kompatibel dengan sains Abad 20, tetapi juga, dalam penolakannya akan materialitas/materialism, menguraikan doktrin kebebasan kehendak (kekuatan pikiran untuk menciptakan keindahan dan tatanan), dengan eksistensi disadari sebagai sebuah pengalaman sensorik terkontrol dan tertranslasikan oleh suatu kecerdasan yang berdisiplin dan selektif.
Jadi Picasso menggabungkan kesadarannya yang sangat peka akan teksture dan ritem eksistensi ke dalam struktur gambar yang dalam kontrol, tatatan, keseimbangan sempurnanya, memasukkan spirit klasisisme.
Ket: Foto lukisan "Woman with a Mandolin" (1925) diambil dari Wikipaintings.org
BELAJAR BERPIKIR
Sejak Socrates dan Plato, kita biasa menyebut bahwa berpikir adalah mengikat diri dengan dialog sepi antara "aku dan diriku".
Ketika terjadi penolakan diri, orang terkadang menyerahkan dengan sungguh-sungguh satu-satunya kualitas untuk disebut MANUSIA; yaitu kemampuan untuk berpikir.
Dan itu bisa menciptakan kejahatan berpikir. Karena kejahatan terbesar yang ada di dunia ini adalah kejahatan yang diakui oleh seseorang yang tidak penting, kejahatan yang diakui oleh orang tanpa niatan, tanpa keyakinan, tanpa kejahatan hati/keinginan jahat oleh orang yang menolak menjadi MANUSIA adalah kedangkalan kejahatan berpikir.
Dan konsekuensinya, kita tidak mampu membuat penilaian moral. Ketidakmampuan berpikir menciptakan kemungkinan yang dimiliki oleh banyak orang untuk mengakui tindakan kejahatan dalam skala besar yang tidak pernah disaksikan siapapun.
Karena penjelmaan dari sebuah tiupan pemikiran bukanlah pengetahuan, tapi kekuatan, keberanian untuk mengatakan yang benar dari sesuatu hal yang salah. Menunjukkan kecantikan dari sesuatu hal yang jelek.
Berpikir memberikan orang kekuatan untuk menghindari bencana di masa-masa kritis. Karena kesalahan terbesar adalah, kejahatan berpikir tidak bisa menjadi banal/dangkal dan radikal pada saat bersamaan. Kejahatan berpikir bisa menjadi ekstrim, tapi tidak bisa menjadi radikal. Karena hanya kebaikan, kejernihan berpikir yang bisa dalam dan radikal.
Sumber;
Catatan-catatan kecil dari
- buku Hanna Arendt; Between past and future (1968)
- film Hanna Arendt (2012)
Senin, 05 November 2018
MEMBONGKAR BOBROKNYA PENGETAHUAN SASTRA, TERMASUK DI KALANGAN "SASTRAWAN".
Berbicara kesalahan-kesalahan umum mengenai penulisan di Indonesia. Untuk yang pertama kita ambil saja kasus-kasus pendefinisian puisi dan puitik.
Apakah puisi dan/atau yang puitik?
Jika kalian mengajukan pertanyaan semacam itu, kalian akan mendapatkan jawaban-jawaban yang mengutip definisi-definisi stipulatif, seperti:
“Puisi adalah suatu aksi damai.” (Pablo Neruda)
“Jika saya merasa seolah-olah bagian atas kepala saya terangkat, saya tahu itu puisi.” (Emily Dickinson)
Tanpa mengetahu kestipulatifan definisi-definisi itu, posisi ketakmungkinan dinilainya definisi stipulatif, mereka memandang dan mengharapkan definisi-definisi itu sebagai atau menjadi definisi-definisi absolut. Buka buku-buku sastra, teori sastra, pelajaran sastra, kalian akan menemukan kalimat seperti ini: "Belum ada defnisi absolut mengenai "puisi" yang diikuti atau didahului penyebutan definisi-definisi stipulatif. Hal itu menunjukkan bagaimana para penulis buku-buku itu inkompeten, baik dalam berbicara mengenai sastra, khususnya puisi, maupun seni penulisan.
Jika kalian memiliki pengetahuan dan keahlian seni penulisan, ketepatan adalah nomor 1, dari diksi, sintaksis, relasi antar sintaksis, konten, bukti, dan struktur-struktur yang lebih besar. Ketepatan adalah sesuatu yang tak dapat ditawar dalam seni penulisan, bahkan ketika mempresentasikan ketakbermaknaan.
Credits KUSHALAMULA